Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang dihasilkan oleh suatu negara dalam satu tahun. Penghitungan pendapatan nasional dilakukan dengan menggunakan tiga pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pendekatan pengeluaran, dan pendekatan pendapatan. Pada artikel ini, kita akan membahas cara menghitung pendapatan nasional dengan pendekatan produksi.
Pendekatan Produksi
Pendekatan produksi menghitung total nilai tambah yang dihasilkan oleh semua sektor ekonomi di suatu negara. Nilai tambah adalah selisih antara nilai produksi dan biaya produksi. Oleh karena itu, penghitungan pendapatan nasional dengan pendekatan produksi dapat dilakukan dengan cara:
Langkah 1: Menghitung Nilai Produksi Bruto (Gross Domestic Product/GDP)
Nilai produksi bruto adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh semua sektor ekonomi di suatu negara. Untuk menghitung GDP, kita perlu menambahkan nilai tambah dari semua sektor ekonomi. Sebelum menghitung nilai tambah, kita perlu menetapkan harga pasar untuk setiap barang dan jasa.
Contoh: Harga pasar sebuah mobil adalah Rp 200 juta, dan biaya produksinya adalah Rp 150 juta. Maka, nilai tambahnya adalah Rp 50 juta.
Setelah semua nilai tambah dihitung, jumlahkan semua nilai tambah untuk mendapatkan GDP. Contoh:
Sektor Pertanian: Rp 20 juta
Sektor Industri: Rp 50 juta
Sektor Jasa: Rp 30 juta
Total Nilai Produksi Bruto: Rp 100 juta
Langkah 2: Menghitung Depresiasi (Depreciation)
Depresiasi adalah jumlah pengurangan nilai barang modal di suatu negara selama satu tahun. Barang modal adalah semua barang yang digunakan untuk produksi, seperti gedung, mesin, dan kendaraan.
Contoh: Suatu perusahaan membeli mesin seharga Rp 100 juta. Setelah satu tahun, mesin tersebut hanya memiliki nilai Rp 80 juta. Maka, depresiasi mesin tersebut adalah Rp 20 juta.
Jumlahkan semua depresiasi dari semua barang modal untuk mendapatkan total depresiasi.
Langkah 3: Menghitung Neto Produksi (Net Domestic Product/NDP)
Neto produksi adalah nilai produksi bruto dikurangi dengan depresiasi. Contoh:
GDP: Rp 100 juta
Depresiasi: Rp 20 juta
Neto Produksi: Rp 80 juta
Langkah 4: Menghitung Induksi (Indirect Taxes)
Induksi adalah pajak tidak langsung yang dikenakan pada barang dan jasa selama proses produksi. Induksi juga termasuk subsidi yang diberikan oleh pemerintah.
Contoh: Suatu perusahaan harus membayar pajak sebesar Rp 10 juta selama proses produksi. Maka, induksinya adalah Rp 10 juta.
Jumlahkan semua induksi untuk mendapatkan total induksi.
Langkah 5: Menghitung Nilai Tambah Bersih (Net Value Added/NVA)
Nilai tambah bersih adalah neto produksi dikurangi dengan induksi. Contoh:
Neto Produksi: Rp 80 juta
Induksi: Rp 10 juta
Nilai Tambah Bersih: Rp 70 juta
Langkah 6: Menghitung Pendapatan Nasional Bruto (Gross National Income/GNI)
Pendapatan nasional bruto adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh semua warga negara suatu negara, baik di dalam maupun di luar negeri.
Contoh: Seorang warga negara Indonesia bekerja di Singapura dan menghasilkan nilai tambah sebesar Rp 10 juta. Maka, pendapatan nasional bruto Indonesia akan bertambah sebesar Rp 10 juta.
Jumlahkan semua nilai tambah bersih dari semua sektor ekonomi dan tambahkan pendapatan dari warga negara di luar negeri untuk mendapatkan GNI.
Langkah 7: Menghitung Pendapatan Nasional Neto (Net National Income/NNI)
Pendapatan nasional neto adalah pendapatan nasional bruto dikurangi dengan depresiasi.
Contoh:
GNI: Rp 500 juta
Depresiasi: Rp 100 juta
NNI: Rp 400 juta
Kesimpulan
Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, kita dapat menghitung pendapatan nasional dengan pendekatan produksi. Selain itu, kita juga dapat membandingkan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap tentang kondisi ekonomi suatu negara.