Shia dan Saraleo adalah dua istilah yang sering kali terdengar dalam diskusi tentang Islam. Mungkin bagi sebagian orang, istilah ini terdengar asing, namun sebenarnya mereka memiliki pengaruh yang besar dalam sejarah perkembangan Islam.
Apa itu Shia?
Shia merupakan sekte Islam yang memiliki keyakinan bahwa Imam Ali bin Abi Thalib adalah penerus Nabi Muhammad SAW. Shia juga mempercayai bahwa keluarga Nabi, terutama Ali bin Abi Thalib dan keturunannya, memiliki hak untuk memimpin umat Islam. Oleh karena itu, Shia juga disebut dengan sebutan Syiah Ali atau Syiah Ahlul Bait.
Selain itu, Shia juga memiliki keyakinan bahwa kitab suci Al-Quran harus diartikan oleh Imam Ali dan para imam keturunannya, yang dianggap memiliki ilmu pengetahuan yang lebih dalam tentang Islam daripada orang biasa. Shia juga mempercayai adanya dua belas imam, yang terakhir adalah Imam Mahdi yang dianggap akan kembali pada akhir zaman untuk memimpin umat Islam.
Apa itu Saraleo?
Saraleo atau Saraleyo adalah sebutan untuk kelompok Syiah yang berada di Indonesia, khususnya di wilayah Sulawesi Selatan. Kelompok ini memiliki keyakinan yang sama dengan Shia pada umumnya, namun memiliki beberapa perbedaan dalam praktik keagamaannya.
Salah satu perbedaan yang paling mencolok adalah dalam ibadah shalat. Saraleo melakukan shalat dengan dua rakaat, sementara Shia pada umumnya melakukan shalat dengan empat rakaat. Selain itu, Saraleo juga memiliki beberapa perayaan keagamaan yang tidak dilakukan oleh Shia pada umumnya, seperti perayaan Maulid Nabi dan perayaan Isra Mi’raj.
Sejarah Shia dan Saraleo di Indonesia
Sejarah masuknya ajaran Shia dan Saraleo ke Indonesia tidak bisa dipastikan dengan pasti. Namun, beberapa catatan sejarah menunjukkan bahwa ajaran tersebut telah dikenal oleh masyarakat di wilayah Sulawesi Selatan sejak abad ke-17.
Pada awalnya, ajaran Shia dan Saraleo tersebar melalui para pedagang Persia yang melakukan perdagangan dengan masyarakat di wilayah tersebut. Namun, pada akhirnya ajaran tersebut berhasil menyebar luas di kalangan masyarakat setempat dan menjadi salah satu ajaran Islam yang penting di wilayah Sulawesi Selatan.
Perkembangan Shia dan Saraleo di Indonesia
Perkembangan ajaran Shia dan Saraleo di Indonesia mengalami pasang surut. Pada awalnya, ajaran tersebut berkembang pesat dan banyak pengikutnya di wilayah Sulawesi Selatan. Namun, pada masa kolonial Belanda, ajaran tersebut dilarang dan dianggap sebagai ajaran sesat.
Setelah kemerdekaan Indonesia, ajaran Shia dan Saraleo kembali berkembang dan menjadi salah satu ajaran Islam yang penting di Indonesia. Namun, hingga saat ini, ajaran tersebut masih dianggap kontroversial oleh sebagian masyarakat Indonesia, terutama karena perbedaan keyakinan dan praktik keagamaannya.
Penutup
Dalam kesimpulannya, Shia dan Saraleo adalah dua istilah yang sering dibicarakan dalam diskusi tentang Islam. Shia merupakan sekte Islam yang memiliki keyakinan bahwa Imam Ali bin Abi Thalib adalah penerus Nabi Muhammad SAW, sementara Saraleo adalah sebutan untuk kelompok Syiah yang berada di Indonesia, khususnya di wilayah Sulawesi Selatan. Meskipun kontroversial, ajaran Shia dan Saraleo telah menjadi salah satu ajaran Islam yang penting di Indonesia dan patut untuk dipelajari lebih lanjut.