Apakah kamu pernah mendengar syair burung kutilang yang populer ini: “Menggeleng gelengkan kepala, sesuai dengan syair burung kutilang, bait ke berapa?” Syair ini sering kali dijadikan bahan lelucon atau guyonan oleh orang Indonesia, karena terdengar absurd dan tidak masuk akal. Namun, tahukah kamu bahwa sebenarnya ada makna filosofis yang terkandung dalam syair tersebut?
Asal Usul Syair Burung Kutilang
Sebelum membahas makna filosofis di balik syair burung kutilang, mari kita bahas terlebih dahulu asal usul syair tersebut. Syair burung kutilang berasal dari lagu daerah Jawa Tengah yang berjudul “Gundul Pacul”. Lagu ini diciptakan oleh Ki Nartosabdho pada tahun 1940-an dan menjadi sangat populer di Jawa Tengah. Syair burung kutilang sendiri merupakan salah satu bait dari lagu tersebut.
Makna Filosofis Syair Burung Kutilang
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, syair burung kutilang mengandung makna filosofis yang dalam. Syair tersebut sebenarnya mengajarkan kita untuk tidak terlalu memikirkan masalah yang sebenarnya tidak perlu dipikirkan. Kita sering kali terlalu memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak penting, dan akhirnya malah membuat kita stres dan tidak bahagia.
Menggeleng gelengkan kepala sesuai dengan syair burung kutilang, bait ke berapa sebenarnya merupakan simbol dari tindakan yang tidak perlu dilakukan. Kepala kita seharusnya tidak perlu digeleng-gelengkan hanya karena sebuah syair yang terdengar aneh dan tidak masuk akal. Begitu juga dengan masalah-masalah kecil lainnya dalam hidup kita, yang sebenarnya tidak perlu terlalu dipikirkan.
Makna Lain dari Syair Burung Kutilang
Selain makna filosofis yang telah dibahas sebelumnya, syair burung kutilang juga memiliki makna lain yang lebih literal. Burung kutilang sendiri merupakan burung kecil yang memiliki warna merah cerah, dan sering kali dijadikan simbol kebahagiaan dan keceriaan. Syair burung kutilang dapat diartikan sebagai ajakan untuk menggeleng-gelengkan kepala secara ceria dan bahagia, tanpa memikirkan masalah-masalah yang sebenarnya tidak perlu dipikirkan.
Kesimpulan
Syair burung kutilang bait ke berapa memang terdengar aneh dan tidak masuk akal, namun sebenarnya mengandung makna filosofis yang dalam. Kita diajarkan untuk tidak terlalu memikirkan masalah-masalah kecil yang sebenarnya tidak perlu dipikirkan, dan menggeleng-gelengkan kepala hanya karena sebuah syair yang terdengar aneh merupakan tindakan yang tidak perlu dilakukan. Selain itu, syair burung kutilang juga dapat diartikan sebagai ajakan untuk menggeleng-gelengkan kepala secara ceria dan bahagia, tanpa memikirkan masalah-masalah yang sebenarnya tidak perlu dipikirkan.