Majas pleonasme merupakan salah satu bentuk majas atau gaya bahasa yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam bahasa Indonesia, pleonasme berasal dari bahasa Yunani, yaitu “pleonasmós” yang artinya adalah “kelebihan”. Pleonasme biasanya digunakan untuk memperkuat makna kata atau frasa, walaupun sebenarnya tidak diperlukan.
Pengertian Majas Pleonasme
Majas pleonasme adalah gaya bahasa yang mengulang kata atau frasa yang sebenarnya tidak diperlukan untuk memperkuat makna yang ingin disampaikan. Kata atau frasa yang diulang tersebut biasanya sudah ada dalam lingkungan atau konteks pembicaraan sehingga sebenarnya tidak perlu diulang kembali.
Contohnya, dalam kalimat “dia pergi pergi ke pasar”, kata “pergi” diulang dua kali padahal sudah jelas bahwa dia sedang menuju ke pasar. Pengulangan kata tersebut bertujuan untuk memperkuat makna bahwa dia benar-benar sedang pergi ke pasar.
Contoh Majas Pleonasme
Berikut ini adalah beberapa contoh majas pleonasme yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari:
- Naik ke atas
- Turun ke bawah
- Masuk ke dalam
- Keluar ke luar
- Berkumpul bersama-sama
- Membawa serta
- Bersama-sama
- Memakai baju
- Makan makanan
- Minum minuman
Pada contoh-contoh di atas, kata-kata yang diulang seperti “ke atas”, “ke dalam”, “bersama-sama”, dan sebagainya sebenarnya tidak diperlukan karena sudah tercakup dalam makna kata utama.
Fungsi Majas Pleonasme
Majas pleonasme memiliki beberapa fungsi, yaitu:
- Memperkuat makna kata atau frasa yang ingin disampaikan.
- Menambah efek dramatis atau emosional dalam penggunaan bahasa.
- Membantu pembicara untuk lebih jelas dan tegas dalam menyampaikan pesan.
- Meningkatkan daya ingat audiens terhadap pesan yang disampaikan.
Dalam penggunaannya, majas pleonasme dapat menambah variasi dan kekayaan bahasa sehingga lebih menarik dan menyenangkan untuk didengar atau dibaca.
Contoh Penggunaan Majas Pleonasme dalam Sastra
Majas pleonasme sering digunakan dalam sastra untuk menambah efek dramatis atau emosional dalam penggunaan bahasa. Contoh penggunaannya dapat ditemukan dalam puisi atau prosa seperti novel atau cerpen.
Salah satu contoh penggunaan majas pleonasme dalam sastra adalah pada puisi berikut:
Aku terdiam diam
Diam diam menunggu
Menunggu datangnya cinta
Cinta yang tulus ikhlas
Pada puisi di atas, kata “diam” diulang tiga kali untuk memperkuat makna pesan bahwa sang penyair sedang menunggu dengan sabar dan penuh harapan untuk datangnya cinta yang tulus dan ikhlas.
Kesimpulan
Majas pleonasme adalah gaya bahasa yang mengulang kata atau frasa yang sebenarnya tidak diperlukan untuk memperkuat makna yang ingin disampaikan. Penggunaannya dapat menambah variasi dan kekayaan bahasa, serta menambah efek dramatis atau emosional dalam penggunaan bahasa. Dalam penggunaannya, perlu berhati-hati agar tidak terkesan berlebihan dan mengganggu pemahaman pesan yang ingin disampaikan.