Sebuah karya sastra selalu memiliki latar sebagai tempat atau waktu terjadinya cerita. Latar memainkan peran penting dalam membantu pembaca atau penonton memahami cerita yang disajikan. Ada berbagai jenis latar yang dapat digunakan dalam sebuah karya sastra. Berikut adalah tiga jenis latar beserta contohnya:
1. Latar Tempat
Latar tempat adalah jenis latar yang mengacu pada lokasi atau tempat di mana cerita berlangsung. Latar tempat dapat berupa tempat nyata atau fiksi. Beberapa contoh latar tempat yang umum digunakan di karya sastra adalah sebagai berikut:
a. Kota
Kota adalah salah satu latar tempat yang paling umum digunakan dalam karya sastra. Kota dapat menjadi latar bagi berbagai jenis cerita, baik itu tentang kehidupan perkotaan maupun cerita detektif. Contoh karya sastra yang menggunakan kota sebagai latar tempat adalah novel “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata, yang berlatar di Belitung.
b. Desa
Desa adalah latar tempat yang sering digunakan dalam karya sastra yang mengangkat tema kehidupan pedesaan. Beberapa contoh karya sastra yang menggunakan desa sebagai latar tempat adalah “Bumi Manusia” karya Pramoedya Ananta Toer dan “Pulang” karya Leila S. Chudori.
c. Ruang Tertutup
Ruang tertutup seperti kamar, kereta, atau pesawat terbang juga dapat menjadi latar tempat yang menarik. Beberapa contoh karya sastra yang menggunakan ruang tertutup sebagai latar tempat adalah “Murder on the Orient Express” karya Agatha Christie dan “Room” karya Emma Donoghue.
2. Latar Waktu
Latar waktu adalah jenis latar yang mengacu pada waktu atau era di mana cerita berlangsung. Latar waktu dapat berupa masa lalu, masa kini, atau masa depan. Beberapa contoh latar waktu yang umum digunakan di karya sastra adalah sebagai berikut:
a. Masa Lalu
Masa lalu adalah latar waktu yang sering digunakan dalam karya sastra yang mengangkat tema sejarah. Beberapa contoh karya sastra yang menggunakan masa lalu sebagai latar waktu adalah “Bumi Manusia” karya Pramoedya Ananta Toer dan “The Book Thief” karya Markus Zusak.
b. Masa Kini
Masa kini adalah latar waktu yang umum digunakan dalam karya sastra yang mengangkat tema kehidupan sehari-hari. Beberapa contoh karya sastra yang menggunakan masa kini sebagai latar waktu adalah “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata dan “Norwegian Wood” karya Haruki Murakami.
c. Masa Depan
Masa depan adalah latar waktu yang sering digunakan dalam karya sastra yang mengangkat tema fiksi ilmiah atau distopia. Beberapa contoh karya sastra yang menggunakan masa depan sebagai latar waktu adalah “1984” karya George Orwell dan “The Hunger Games” karya Suzanne Collins.
3. Latar Sosial Budaya
Latar sosial budaya adalah jenis latar yang mengacu pada aspek sosial dan budaya di mana cerita berlangsung. Latar sosial budaya dapat berupa budaya, agama, atau politik. Beberapa contoh latar sosial budaya yang umum digunakan di karya sastra adalah sebagai berikut:
a. Budaya
Budaya adalah latar sosial budaya yang sering digunakan dalam karya sastra yang mengangkat tema kebudayaan. Beberapa contoh karya sastra yang menggunakan budaya sebagai latar sosial budaya adalah “The Joy Luck Club” karya Amy Tan dan “Memoirs of a Geisha” karya Arthur Golden.
b. Agama
Agama adalah latar sosial budaya yang sering digunakan dalam karya sastra yang mengangkat tema agama. Beberapa contoh karya sastra yang menggunakan agama sebagai latar sosial budaya adalah “The Kite Runner” karya Khaled Hosseini dan “The Satanic Verses” karya Salman Rushdie.
c. Politik
Politik adalah latar sosial budaya yang sering digunakan dalam karya sastra yang mengangkat tema politik atau sosial. Beberapa contoh karya sastra yang menggunakan politik sebagai latar sosial budaya adalah “The Handmaid’s Tale” karya Margaret Atwood dan “Animal Farm” karya George Orwell.
Kesimpulan
Latar adalah elemen penting dalam sebuah karya sastra. Dengan mengetahui jenis-jenis latar yang ada, pembaca atau penonton dapat lebih mudah memahami cerita yang disajikan. Latar tempat, latar waktu, dan latar sosial budaya adalah tiga jenis latar yang sering digunakan dalam karya sastra. Setiap jenis latar memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga dapat diadaptasi dengan baik untuk berbagai jenis cerita.